Analisis Pusat Investasi pada PT Freeport Indonesia
dan Dampaknya bagi Peningkatan Laba Perusahaan
Ibnu
Sulistio
Jurusan Akuntansi S1,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Abstrak
Dalam suatu unit
usaha, perhatian pimpinan biasanya ada pada laba. Laba ini diperhitungkan
dengan cara membandingkan antara pendapatan dengan biaya yang terjadi pada
suatu pusat laba. Jika pendapatan lebih besar dari pada biaya maka dikatakan
laba, sebaliknya disebut rugi. Perbandingan antara laba dan investasi inilah
yang terjadi pada pusat investasi. Pusat Investasi diukur dengan membandingkan
laba dan jumlah investasi yang digunakan. Objek pada penelitian adalah pada PT.
Freeport Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan pusat
investasi yang ada pada PT. Freeport Indonesia dengan mengumpulkan data
menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pusat investasi
pada PT Freeport Indonesia sudah baik, terbukti dengan laba yang diperoleh
sudah optimal dibandingkan dengan investasi yang digunakan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sistem pengendalian
manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik. Struktur
organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban
(Responsibility centers). Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang
dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Suatu organisasi merupakan kumpulan dari
berbagai pusat pertanggungjawaban
salah satunya pesat investasi. Pengertian
pusat investasi menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen : Konsep,
Manfaat dan Rekayasa” menerangkan bahwa: “Pusat investasi adalah pusat laba
yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh
pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan”
(20014;27)
Kewenangan
Pusat Investasi adalah menyangkut pengelolaan laba (yang terdiri atas
pendapatan dan biaya) serta mengelola asset yang dipergunakan untuk memperoleh
laba. Dengan demikian, Pusat Investasi diukur prestasinya berdasarkan
perbandingan antara laba yang diperoleh dengan aset (investasi) yang
dipergunakan. Laporan kinerja suatu pusat investasi tidak hanya terbatas
pada laba yang diperoleh tapi juga jumlah asset yang digunakan dalam
memperoleh laba.
PT.
Freeport Indonesia adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang menambang, memproses dan melakukan eksplorasi
terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di daerah
dataran tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua,
Indonesia. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga,
emas dan perak ke seluruh penjuru dunia. Tentu tidaklah mudah agar dapat bersaing dan bertahan
dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang
ada, oleh karena itu, Penulis tertarik untuk melakukan peninjauan dan
penelitian dengan judul “Analisis Pusat Investasi di PT Freeport Indonesia”
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pusat investas pada PT. Freeport
sudah baik dan dapat mengoptimalkan investasi guna memperoleh laba dengan
maksimal.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sistem Pengendalian Manajemen
Anthony dan
Govindarajan (2008: 7) yang diterjemahkan oleh Kurniawan, menjelaskan bahwa
sebuah sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk
melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sejumlah karakteristik sistem
yakni : lebih kurang membentuk ritme tertentu, terkoordinasi, dan mengulangi serangkaian tahapan tertentu guna mencapai
suatu tujuan tertentu. Sistem pengendalian manajemen adalah semua usaha untuk
menjamin bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efesien
untuk mencapai tujuan perusahaan,atau proses untuk mempengaruhi orang lain
dalam sebuah perusahaan agar secara efektif dan efesien mencapai tujuan
perusahaan melalui strategi tertentu.
Unsur-unsur
Sistem Pengendalian Manajemen
Suatu sistem
pengendalian manajemen yang dapat diandalkan (reliable) harus memenuhi
unsur-unsur berikut (Sumarsan, 2013:9):
a. Keahlian
karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.
b. Pemisahan
tugas
c. Sistem
pemberian wewenang, tujuan dan teknik serta pengawasan yang wajar untuk
mengadakan pengendalian atas harta, utang penerimaan dan pengeluaran..
d. Pengendalian
terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir yang penting.
e. Periksa fisik
harta dengan catatan-catatan harta dan utang, atau yang benar- benar ada, dan
mengadakan tindakan koreksi jika dijumpai adanya perbedaan.
Strategi Organisasi
Organisasi harus
berupaya untuk dapat tetap survive dan unggul. Untuk itu, diperlukan
berbagai strategi organisasi dalam menghadapi tantangan yang dihadapi. Davis
dan Albright (2000) menyatakan berkenaan dengan perubahan yang dilakukan oleh
informasi dan teknologi serta dukungan yang ada baik dalam bentuk perintah yang
bersifat organisatoris maupun teknis. Sistem informasi baru digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan perusahaan dengan fasilitasi penyusunan kembali bisnis.
Pada kedua lokasi yang diteliti, jumlah tingkatan pelaporan menurun dan
hubungan pelaporan tidak terhalang lebih lama oleh lokasi-lokasi geografis
dalam struktur organisasi pada perusahaan tersebut.
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Gul dan Chia (1994) tentang pengaruh ketidakpastian
lingkungan dan desentralisasi terhadap kinerja manajemen, mereka menemukan
bahwa desentralisasi dan ketersediaan karakteristik informasi Management Accounting
Systems (MAS) pada lingkup yang
luas dan agregasi informasi dihubungkan dengan kinerja manajerial yang lebih
tinggi terjadi dibawah kondisi perceived environmental uncertainty (PEU) yang
tinggi. Sedangkan dibawah kondisi PEU yang rendah, hasilnya sebaliknya yaitu
desentralisasi dan ketersediaan lingkup yang luas dan agregasi informasi
dihubungkan dengan kinerja manajerial ternyata lebih rendah. Sementara itu,
Chong dan Chong (1997) menemukan bahwa strategic business unit (SBU) dan PEU
merupakan anteseden dari desain MAS, dan informasi MAS yang memiliki cakupan
luas (broad scope MAS information) merupakan sebuah anteseden
yang penting bagi kinerja SBU.
Hasil penelitian lainya menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan
membutuhkan sebuah pendekatan “leading a cross all styles” terhadap
manajemen strategi, banyak dari penulis dan praktisi menekankan pada
permasalahan strategis yang lebih dekat dihubungkan dengan gaya kepemimpinan
strategis yang menjadi preferensi mereka dan pengabdosian (implisit) dari “this
by and large” sebagai satu-satunya jalan untuk melakukan manajemen strategi
(Richadson, 1994).
Sementara itu, Svensson (2001) menyatakan bahwa banyak yang keliru
dalam mengartikan the globalization of business activities and the term
“global strategy”. Jargon yang banyak disebut tersebut ternyata tidak dapat
mencakup semua kenyataan yang sebenarnya pada pendekatan strategi global,
sehingga nampaknya menjadi utopia bagi manajer. Sebagai formula yang ditemukan
yaitu glocal strategy dan globalization. Glocal strategy adalah
pendekatan yang diinspirasikan dari global strategy approach yang
dikarenakan kebutuhan adaptasi lokal dan menyesuaikan dengan aktifitas bisnis
secara simultan yang diakuinya. Konsep glocal strategy terdiri dari local,
international, multinational, and global strategy approaches.
Strategi lain
yang dapat diterapkan adalah dari sisi etika. Kita dapat mengambil contoh yang
lebih besar dari suatu organisasi adalah suatu negara. Jika negara yang
orang-orang di dalamnya banyak yang melakukan korupsi maka dapat dipastikan
negara tersebut akan mengalami kebangkrutan atau kemunduran. Contoh yang sedang
kita alami sekarang adalah negara kita, yang masuk peringkat atas dalam hal
korupsi sehingga berakibat seperti ini, organisasi negara mengalami defisit
yang sangat banyak guna melakukan aktifitas kenegaraan walapun negara kita
terkenal dengan negara yang subur. Sungguh merupakan suatu kenyataan anomali
pada saat ini.
Dalam organisasi
di perusahaan, Key dan Popkin (1998) menyebutkan bahwa dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan etika di dalam strategi pembuatan keputusan akan
menghasilkan perkembangan yang lebih efektif dalam strategi jangka pendek dan
jangka panjang. Khususnya, kriteria etika harus dimasukkan sebagai bagian dari
proses strategi pada saat sebelum dan sesudah keputusan yang menguntungkan guna
memaksimalkan keuntungan perusahaan dan meningkatkan strategi perkembangan
serta pada saat implementasi.
PEMBAHASAN
Return
On Investment
ROI (Return on
Investement) merupakan pengukur tingkat kembalian investasi berdasarkan data
akuntansi dan telah digunakan secara luas sebagai salah satu pengukur kinerja.
Penggunaan data akuntansi untuk menilai kinerja ekonomi masih dipertanyakan
validitasnya. Ronen dan Serter (1972) menjelaskan berbagai penyesuaian yang
harus dibuat baik untuk data laba akuntansi maupun data neraca agar tingkat
kembalian akuntansi (accounting rate of return) dapat menjadi pengukur tingkat
kembalian ekonomi (economic rate of return).
Pengujian
validitas ROI sebagai pengukur kinerja bisnis memiliki problem empiris, yaitu
sulitnya menemukan ukuran obyektif kinerja ekonomi untuk dapat dikaitkan dengan
kinerja akuntansi. Hal ini disebabkan laba ekonomi tidak terdefinisi dengan
baik. Beberapa peneliti menggunakan return saham sebagai proksi tingkat
kembalian ekonomi.
Tingkat
kembalian akuntansi (accounting rate of return) yang diukur dengan ROI
seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja perusahaan padahal sebenarnya ROI
mengukur fenomena yang berbeda (Steven, 1990). Dengen demikian, sebenarnya ROI
kurang tepat apabila digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan.
Jacobson (1987)
mencoba meneliti hubungan tingkat kembalian akuntansi dan tingkat kembalian
ekonomi dengan menguji hubungan antara ROI dan return saham. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ROI secara signifikan berkorelasi dengan return
saham namun dengan korelasi yang relatif rendah. Rendahnya korelasi ROI dan
return saham disebabkan oleh pilihan return saham sebagai variabel dependen.
Alasannya, harga saham mencerminkan informasi baru sehingga return saham secara
cross-sectional hanya bervariasi dengan perubahan ROI.
Landsman dan
Shapiro (1995) menguji hubungan antara ROI dan return ekonomi yang diukur
dengan Tobin’s q. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menggunakan
Tobin’s q untuk menguji validitas ekonomi ROI. Proposisi yang diajukan adalah
apabila tingkat kembalian akuntansi (accounting rate of return) merupakan
proksi yang baik bagi tingkat kembalian ekonomi (economic return) maka akan
terdapat hubungan positif yang secara statistis signifikan antara ROI sebagai
pengukur tingkat kembalian akuntansi dan Tobin’s q sebagai pengukur tingkat
kembalian ekonomi (economic rents)
Menurut Landsman
dan Shapiro (1995), proposisi tersebut didasarkan pada fakta bahwa semakin
tinggi nilai Tobin’s q merefleksikan semakin tingginya economic rent
(keuntungan di atas tingkat yang setara dengan resiko investasi) yang pada
akhirnya menghasilkan tingkat kembalian ekonomi yang tinggi. Penelitian ini
juga memasukkan analisis industri serta biaya promosi dan biaya R & D
sebagai variabel tambahan. Dengan menggunakan sampel antara 225 sampai 349
perusahaan setiap tahunnya selama 5 tahun (1979-1983), penelitian ini
menunjukkan adanya korelasi yang tinggi dan secara statistis signifikan antara
ROI dan Tobin’s q melengkapi penelitian Jacobson (1987). Karena Tobin’s q
merefleksikan ekspektasi investor tentang tingkat kembalian ekonomi (economic
return) perusahaan di masa depan, maka hasil ini memberikan bukti empiris bahwa
data akuntansi mengandung infomasi yang secara ekonomi bermanfaat bagi
investor. Menurut Gаrrison dkk (2007:261), “Bаhwа semаkin tinggi Return on
Investment suаtu segmen usаhа, semаkin besаr lаbа yаng dihаsilkаn dаri
setiаp dolаr yаng diinvestаsikаn dаlаm аktivа operаsi segmen tersebut”.
Perhitungаn Return
on Investment (ROI) secаrа sistemаtis dаpаt menggunаkаn rumus sebаgаi
berikut:
ROI = Return On
Investment
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = Lаbа bersih setelаh pаjаk x100%
Totаl Аktivа
Residual Income
Residual Income (RI) adalah metode
yang digunakan oleh setiap perusahaan untuk menghitung laba sisa perusahaan
atau laba residu sekaligus menutupi kelemahan dari metode sebelumnya. RI menurut
Hansen dan Mowen (2012:583) menyatakan bahwa merupakan perbedaan antara laba
operasi dan pengembalian 3 dolar minimum yang di isyaratkan atas aktiva operasi
perusahaan. Manfaat RI bagi perusahaan sangatlah besar karena dengan
menggunakan RI perusahaan akan mengetahui besarnya biaya modal perusahaan dan
tingkat pengembalian yang ditargetkan untuk investasi.
Analisis RI tersebut dapat
mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan struktur modal dan menerima
setiap keputusan investasi selama laba yang diperoleh lebih besar dari biaya
modal. Teknik analisis ROI dan RI mempunyai standar dalam menilai kinerja
keuangan, standar tersebut dapat digunakan sebagai hasil akhir dari perhitungan
kedua metode ini. Analisis ROI menurut Prawironegoro (2005:256) dikatakan baik
bila nilai ROI diatas biaya modal (WACC) atau positif maka kinerja perusahaan
dikatakan baik sebaliknya ROI dibawah biaya modal (WACC) atau negatif maka
kinerja perusahaan dikatakan tidak baik, sedangkan menurut Hansen dan Mowen
(2012:583) metode RI dikatakan baik apabila lebih dari nol dan dikatakan tidak
baik bila kurang dari nol. Hal ini menunjukan bahwa dalam setiap metode
perhitungan kinerja keuangan mempunyai standar masing-masing dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan khususnya ROI dan RI.
Laba merupakan sebuah tolak ukur
kinerja dari sebuah perusahaan dan merupakan dasar pengambilan keputusan
penting dalam menentukan kebijkan perusahaan. Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) nomor 2 yang mengatakan laba adalah elemen penting bagi pengguna
laporan keuangan karena laba mengandung nilai prediktif. Hal ini yang membuat
para manajer berusaha untuk menaikan laba yang dilaporkan. Menurut Assih dan
Gudono (2000) manajemen laba adalah proses yang disengaja dan terdapat batasan
General Accepted AccountingPincipples (GAAP) yang mengacu pada tingkat laba
yang diinginkan. Manajemen laba merupakan adanya keterlibatan ketika menyusun
laporan keuangan, untuk mendapatkan keuntungan pribadi Schipper dalam (R.
Moehrle dan A. Reynolds-Moehrle, 2008).
Analisis
Freeport Indonesia punya posisi
maha penting dalam bisnis induknya, Freeport McMoran. Semenjak tahun 2005
hingga bulan September 2015, kontribusi laba operasional Freeport Indonesia
terhadap Freeport McMoran mencapai US$24,5 miliar atau Rp342 triliun (asumsi 1$
= Rp14.000). Jumlah ini sebesar 72,7 persen dari total laba operasional yang
didapat Freeport McMoran dalam 11 tahun.
Tak
cuma itu, dengan sumbangan laba operasional sebesar itu, pengeluaran belanja
modal (capital expenditure, capex) Freeport Indonesia
terbilang cukup rendah. Total capex sejak 2005 hanya sebesar US$6,7 miliar atau
Rp94,2 triliun. Angka ini hanya sebesar 19 persen dari keseluruhan belanja
modal Freeport McMoran. Dengan kata lain, Freeport Indonesia sangat
menguntungkan bagi induk usahanya itu.
Grafik: Capex Freeport
Indonesia 2005-2015 (US$ Juta)
Kesimpulan
Dari data di atas, kita bisa mengetahui bahwa Laba yang dihasilkan oleh
PT Freeport Indonesia lebih besar dari jumlah investasi yang di keluarkan guna
memperoleh laba tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat investasi pada
PT Freeport Indonesia sudah baik, sehingga keberlangsungan usaha (Going
Concern) PT Freeport Indonesia terjamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul H., Achmad T., Muh. Fakhri H., Sistem Pengendalian Manajemen.
(Yogyakarta:
Penerbit UPP STIM YKPN, 2009)
Santoso, Suryo B. Astuti,
Herni J. 2003. Siklus Hidup Organisasi: Upaya-Upaya Strategis Dalam Menghadapi
Gejala Penurunan Organisasi Agar Dapat “Going Concern” dan Tetap Unggul. Vol. 9
No. 1. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Hal. 20-21
Widiastuti, Harjanti. 2016. Pengaruh Return on Investment dan Struktur Biaya terhadap Tingkat
Kembalian Ekonomi. Vol. 4 No. 02. Jurnal akuntansi dan investasi. Hal 137-137
Romadhani, Ahmad.2014. Analisis Return of Investment
(ROI) dan Residual Income (RI) Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indoneisa Tahun 2011-2014). Vol 37
No. 01. Jurnal Administrasi Bisnis. Hal 2-3
Ekawati, Fina. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian
Manajemen Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Dispenda Sulawesi Utara. VOL 1 No. 3. Jurnal EMBA. Hal 685-686
Hardianti, Sitti. 2013.Evaluasi
Sistem Pengendalian Manajemen Untuk Meningkatkan Kinerja Manajer Penjualan pada
PT Hasjrat Abadi Manado. Jurnal EMBA. Vol. 1 Hal 1792
Martin, Jap R. 2016.
Komitmen Profesional Mediasi Hubungan Antara Keuntungan Personal Dengan
Manajemen Laba dan Pengaruh Kepribadian Terhadap Komitmen Profesional. Vol 14.
No 28. Jurnal Akuntansi Bisnis. Hal 258
Thionardo, Richard. 2012. Evaluasi
Peran Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) Untuk Meminimalkan Konflik Pada Badan
Usaha Keluarga “K” di Tulungangung. ISSN 2302-8203, Vol. 1 No.1 2012, Hal 1-2.
Febriati. 2011. Evaluasi
Sistem Pengendalian Manajemen Pada Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor. Jurnal Vol 7. Universitas Singkawang.
Kalimantan.
Mulyadi.
2008. Akuntansi manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Salemba Empat.
Jakarta.
Website
Maryanti, Dwi. 2009. Pusat Investasi.
Mashuri, Mila. 2014. Sistem
Pengendalian Manajemen.
https://milamashuri.wordpress.com/sistem-pengendalian-manajemen/ (diakses tanggal 7 Oktober
2018)
Wikipedia ensiklopedia bebas. Freeport Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia (diakses tanggal 7 Oktober
2018)
Barekasa. 2015. Analisis
Saham.
https://www.bareksa.com/en/text/2015/11/18/minta-saham-catut-jokowi-beginilah-kilau-tambang-emas-freeport-indonesia/11962/analysis (diakses tanggal 13 Oktober
2018)